Perang dagang global, terutama antara AS dan China, telah memicu gelombang ekspor produk China ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Harga murah dan ketersediaan massal produk China khawatirkan “membunuh” Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal. Lantas, bagaimana Indonesia harus menyikapi tantangan ini?
Dampak Perang Dagang terhadap Pasar Indonesia
1. Banjirnya Produk China dengan Harga Super Murah
Akibat perang dagang AS-China, China mencari pasar baru untuk menyalurkan produknya. Indonesia menjadi salah satu sasaran utama karena besarnya permintaan konsumen. Produk seperti tekstil, elektronik, dan mainan membanjiri pasar dengan harga jauh lebih murah dibandingkan produk lokal.
2. Tekanan Berat pada UMKM Lokal
UMKM kesulitan bersaing dengan harga produk China yang lebih murah karena skala produksi dan subsidi pemerintah China. Banyak pelaku usaha kecil terpaksa gulung tikar atau beralih menjadi reseller produk impor.
3. Maraknya Praktik Dumping
Beberapa produk China diduga melakukan dumping (menjual di bawah harga produksi) untuk menguasai pasar. Hal ini semakin mempersulit UMKM yang tidak memiliki modal besar untuk bertahan.
Strategi UMKM untuk Bertahan Tengah Gempuran Produk China
Fokus pada Kualitas dan Keunikan Produk
UMKM harus meningkatkan produk, seperti menggunakan bahan lokal, desain unik, atau nilai budaya yang tidak termiliki produk China.
Ancaman atau Peluang?
Meski produk China memberikan tekanan besar, situasi ini juga bisa menjadi momentum bagi UMKM untuk berinovasi dan meningkatkan daya saing. Dengan strategi tepat dan dukungan kebijakan yang kuat, UMKM Indonesia bisa bertahan bahkan berkembang di tengah persaingan global.